Sejarah Masjid Gedhe Kauman, Masjid Kebanggaan Masyarakat Yogyakarta

Dikenal dengan daerah yang istimewa, Yogyakarta menjadi tempat yang sarat akan pengajaran dengan unggah ungguh Jawa khas Jogja. Hal itu juga terekam dalam sejarah Masjid Gedhe Kauman.

Yogyakarta adalah daerah yang dikenal dengan masyarakat yang sangat sopan dan santun. Siapapun yang pernah menginjakkan kaki di kota Jogja rasanya akan sangat merindukan dan ingin kembali ke kota yang indah ini. Kota Jogja memiliki banyak hal menarik seperti magnet yang mengundang banyak wisatawan lokal maupun mancanegara. Budaya keraton yang masih dilestarikan hingga saat ini menjadikan Yogyakarta istimewa dan berbeda dengan provinsi lain di Indonesia. Selain tujuan wisata, Yogyakarta juga dikenal dengan kota pelajar dimana ada banyak sekolah maupun universitas sebagai tujuan belajar putra putri bangsa. Ada beberapa tempat yang menjadi ikon Kota Jogja seperti Tugu Jogja, Malioboro, Alun-Alun Jogja dan Masjid Gedhe Kauman.

Kota Yogyakarta juga menjadi tempat yang bersejarah bagi bangsa Indonesia dimana pusat pemerintahan pernah dipindahkan untuk sementara waktu di kota ini ketika terjadi kerusuhan dengan pihak Jepang. Selain itu Jogja juga menjadi tempat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Sejarah Masjid Gedhe Kauman

Masjid Gedhe Kauman adalah masjid tertua di Kota Yogyakarta. Masjid ini dibangun di wilayah Kerajaan Islam Ngayogyokarto Hadiningrat di bawah kekuasaan Sultan Hamengkubuwono I. Kerajaan ini terbentuk sebagai akibat perjanjian Giyanti antara Kerajaan Mataram dan Belanda yang menyebabkan kerajaan dibagi menjadi dua yaitu Ngayogyokarto Hadiningrat dan Surakarta Hadiningrat. Masjid Gedhe Kauman dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I bersama penghulu kraton pertama yaitu Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat pada tahun 1773 Masehi. Arsitek bangunan masjid dibuat oleh Kyai Wiryokusumo dengan gaya arsitektur tajug lambang teplok.

Masjid Gedhe Kauman memiliki beberapa nama yang melekat padanya seperti Masjid Agung, Masjid Besar dan Masjid Raya Daerah Istimewa Yogyakarta. Masjid ini dibangun di sebelah barat Alun-Alun Utara dan di sebelah barat laut Kraton Yogyakarta. Pembangunan masjid dilakukan tidak berselang lama setelah keraton selesai dibangun, sehingga keberadaan masjid sangat lekat dengan Kraton Yogyakarta.

Unsur Budaya Di Lingkungan Masjid Gedhe Kauman

Sejarah Masjid Gedhe Kauman menuliskan bahwa selain sebagai tempat sholat, di dalam maupun di lingkungan sekitar masjid sering dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Seperti sebagai tempat mengadakan acara peringatan hari besar Islam maupun sebagai sumber peradaban dan ilmu pengetahuan Islam khususnya di Kota Yogyakarta. Pada awal berdirinya, Masjid Gedhe Kauman juga digunakan sebagai tempat pengadilan agama Islam di Yogyakarta yang mengatur urusan keagamaan seperti pernikahan, perceraian maupun pembagian warisan.

Selain itu tentu saja Masjid Gedhe Kauman digunakan sebagai tempat untuk berdakwah, pengajian maupun pertamuan antar ulama. Salah satu metode dakwah yang dilakukan pada saat itu yaitu menggunakan pendekatan kultural dengan dibangun Pagongan. Pagongan dalam Bahasa Jawa artinya tempat gong, gong adalah alat musik khas gamelan Jawa. Di tempat inilah diletakkan peralatan yang disebut Gamelan Sekaten yang ditabuh untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Metode ini nyatanya cukup ampuh untuk menyebarkan agama Islam dan mengajak masyarakat sekitar memeluk Islam secara suka rela.

Bagian-Bagian Masjid Gedhe Kauman

Berdasarkan catatan sejarah Masjid Gedhe Kauman telah mengalami beberapa renovasi dan penambahan bangunan di sekitarnya. Termasuk setelah peristiwa gempa Jogja pada tahun 1867 yang menyebabkan serambi masjid runtuh dan dilakukan pembangunan ulang pada tahun 1868. Awalnya bangunan masjid hanya satu, namun untuk menampung jamaah lebih banyak maka dibangun serambi masjid yang disebut Surambi Menara Agung yang masih berdiri hingga saat ini. Beberapa bagian arsitektur Masjid Gedhe Kauman yaitu:

  • Bagian Atap

Bagian atap Masjid Gedhe Kauman tidak seperti masjid-masjid besar lain yang menggunakan kubah dengan harga kubah masjid hingaa ratusan juga. Namun masjid ini memberikan kesan kesederhanaan dengan berbentuk tingkat dan hanya ditutup dengan genteng dan di puncaknya terdapat simbol bulan dan bintang.

  • Interior Dalam Masjid

Interior dalam masjid menggunakan kayu jati dengan beberapa tiang yang besar dan diukir dengan cantik. Selain itu juga digunakan sajadah dari kain yang tebal sehingga empuk dan lembut membuat jamaah nyaman saat beribadah.

  • Serambi

Bagian serambi masjid terletak di bagian timur dari bangunan utama. Serambi paling sering digunakan untuk mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati hari besar dalam Islam. Jika bangunan utama menunjukkan kesederhanaan, berbeda dengan serambi masjid yang terkesan mewah dengan beragam hiasan dan kaligrafi.

  • Pagongan

Pagongan adalah tempat menyimpan peralatan Gamelan Sekaten yang terletak di bagian kanan dan kiri pelataran masjid.

  • Pajagan

Pada awalnya, tujuan dibangun pajagan adalah sebagai tempat tinggal penjaga masjid. Hal ini ditujukan untuk menjaga keamanan masjid dan lingkungan sekitarnya terutama ketika diadakan kegiatan peringatan hari besar Islam. Namun saat ini bangunan ini telah difungsikan sebagai tempat pertemuan dan perpustakaan.

  • Gapuro

Gapuro Masjid Gedhe Kauman disebut juga Regol dengan bentuk Semar Tinandu. Gapuro sendiri berarti pengampunan dosa, sehingga dipercaya jika orang yang ingin masuk Islam dan melewati gapuro ini maka akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosa yang pernah dilakukan.

Selain itu masih ada beberapa bagian dari Masjid Gedhe Kauman yang memiliki arsitektur unik khas Kraton Ngayogyokarto dengan kesan kesederhanaan yang sangat melekat pada Masjid Gedhe Kauman.